Kurangnya akses terhadap air minum yang aman memiliki kontribusi terhadap beban mengejutkan penyakit diare di seluruh dunia, yang khususnya mempengaruhi masyarakat yang berusia muda, dan mereka yang imunitasnya tidak baik serta masyarakat miskin. Diare adalah ketika Anda buang air besar encer tiga kali sehari atau lebih dari itu. Ketika diare berlangsung lebih dari beberapa hari, tubuh Anda kehilangan banyak air dan zat garam.
Hampir satu dari lima kematian anak – sekitar 1,5 juta jiwa setiap setiap tahun – disebabkan oleh diare. Diare membunuh lebih banyak anak-anak daripada total kematian yang disebabkan oleh AIDS, malaria dan campak (1). Setiap 15 detik, seorang anak meninggal dari kualitas air yang buruk!
Mengkonsumsi air yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan berkurangnya waktu produktif pribadi, yang dapat meluas pada efek ekonomi. Sekitar 88% dari angka kematian yang berhubungan dengan diare dapat dikaitkan dengan air yang tidak aman, sanitasi yang tidak memadai, dan kebersihan yang buruk.
Di banyak daerah pedesaan dan perkotaan dari negara yang sedang berkembang, intervensi kualitas air dalam rumah tangga dapat mengurangi kerentanan terhadap diare yang mencapai lebih dari 40% (2, 3). Metode mengolah air di rumah dapat menawarkan kesempatan yang signifikan yang membawa dampak baik bagi kesehatan yang juga berpotensi untuk penghematan biaya yang besar dibandingkan dengan cara penyediaan air yang konvensional, seperti halnya sambungan pipa air untuk rumah tangga (4). Memang benar bahwa menyediakan air yang aman dengan sanitasi yang memadai dan mengolah pembuangan kotoran manusia dengan baik termasuk dalam upaya yang telah terbukti berhasil menyelamatkan banyak nyawa.
Di Indonesia, hampir seperempat dari seluruh angka kematian pada anak-anak balita disebabkan oleh penyakit diare.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun terdapat bahwa secara nasional terdapat lebih dari 20.000 anak-anak dalam kelompok usia ini yang meninggal disebabkan oleh diare.
Sebuah studi dari Bank Dunia menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan 2,4 persen dari PDB per tahun senilai Rp 423 triliun (38 milyar Dollar Amerika) yang disebabkan oleh sanitasi yang tidak memadai, tingkat kebersihan yang buruk dan kurangnya akses terhadap air bersih.
Kurang dari setengah populasi sebesar 240 juta orang menikmati air dari sambungan pipa. Menurut laporan Deklarasi Milenium tahun 2007, hanya 30,8 persen dari rumah tangga di daerah perkotaan dan 9 persen di daerah pedesaan memiliki akses ke air pipa.
Referensi:
1.UNICEF and WHO. 2009. Diarrhoea: Why children are still dying and what can be done
2. Ghislaine, R and Clasen, T. 2010. Estimating the Scope of Household Water Treatment in Low- and Medium-Income Countries. Am. J. Trop. Med. Hyg., 82(2), pp. 289–300
3. Fewtrell, L. et al. 2005. Water, sanitation, and hygiene interventions to reduce diarrhea in less developed countries: a systematic review and meta-analysis. Lancet Infectious Diseases (5): 42–52
4. International Finance Corporation (World Bank Group). Safe Water for All: Harnessing the Private Sector to Reach the Underserved